Monday, October 17, 2016

0 Islam dan Ilmu Pengetahuan

Date: Monday, October 17, 2016 9:01 AM
Category:
Author: ™Cpk-Cyber™ - Rz
Share:
Responds: 0 Comment
Pagi menjelang siang bre, ga kerasa udah 3 taun kagak post di blog hahaduh..
langsung aja, ini buat tugas kuliah sih ..

Islam dan Ilmu Pengetahuan
BAB 1
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran islam. Islam bukan hanya mengajarkan untuk terus beribadah kepada Allah SWT. Tetapi Allah juga memerintahkan kepada muslimin dan muslimat untuk mencari ilmu sampai ke liang lahat. Dan manusia tidak akan mampu untuk menunaikan ibadah tanpa Ilmu pengetahuan.
Ilmu bukan sekedar
pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab kita sebagai khalifah dimuka bumi. Ada alasan mengapa Allah menciptakan kita sebagai khalifah dibumi ini, yaitu karena manusia memiliki akal untuk berfikir dan mengenali lingkungannya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Maka dari itu kita sebagai makhluk yang bisa berfikir kita harus mencari ilmu sebanyak banyaknya. Karena orang yang berilmu lebih mulia daripada orang yang tidak berilmu.
Bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi khalifah tidak hanya bertasbih menyebut asma-Nya tapi juga kemampuannya dalam mengenali lingkungannya dan berfikir. Ini adalah karunia yang besar bagi kita. Seharusnya kita bersyukur dan mampu memanfaatkannya dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana IPTEK dalam Islam ?
2. Bagaimana Integrasi Iman, Ilmu dan Amal dalam Islam ?
3. Apa keutamaa orang yang berilmu ?
4. Apa saja karakteristik dan klasifikasi ilmu dalam islam ?

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujugan untuk :
1. Memperluas wawasan pembaca tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan
2. Memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan Agama.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
IPTEK adalah akronim dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dimana dari akronim tersebut mempunyai artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan, maupun Teknologi.
Ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasikan, disistemasi dan diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan Pengetahuan  adalah apa saja yang diketahui oleh manusia baik melalui panca indra, instuisi, pengalaman maupun firasat. Jadi Ilmu pengetahuan  adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar serta diterima oleh akal. (Saifulloh,2009).
Teknologi adalah pembuatan, modifikasi, penggunaan, dan pengetahuan tentang alat-alat, mesin, teknik, kerajinan, sistem, metode organisasi, dalam rangka memecahkan masalah, meningkatkan solusi yang sudah ada sebelumnya untuk masalah, mencapai tujuan, menangani masukan diterapkan / Output hubungan atau melakukan fungsi tertentu. Hal ini juga dapat merujuk pada koleksi alat-alat seperti, mesin, modifikasi, pengaturan dan prosedur. Teknologi secara signifikan mempengaruhi manusia serta kemampuan spesies hewan lain untuk mengendalikan dan beradaptasi dengan lingkungan alami mereka. Dari segi bahasa teknologi berasal dari kata Yunani (technología), Dari (techne), yang berarti "seni, keterampilan, kerajinan", dan (logia), yang berarti "studi"  Istilah ini dapat diterapkan umum atau untuk daerah tertentu: contoh termasuk teknologi konstruksi, teknologi medis, dan teknologi informasi.

B. IPTEK dalam Islam
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia, maka syariatnya bukan saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak.
Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk hidup bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia di akhirat pun manusia memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusia juga memerlukan ilmu. Jadi kita harus menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatan dunia, terlebih lagi ilmu yang membawa kebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulah Islam mewajibkan menuntui Ilmu. Rasulullah SAW pernah bersabda:
وَمُسْلِمَةٍ مُسْلِمٍ كُلِّ عَلَى فَرِيْضَةٌ الْعِلْمِ طَلَبُ
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat”. (HR. Ibnu Abdul Barr)
Bahkan dalam Islam menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangka waktu tertentu, ilmu mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Ini diberitahu oleh Rasulullah dengan sabdanya :
أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى الَّلحْدِ
“Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad”
Pesatnya perkembangan Sains dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak hasil dari perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan manusia sudah menjadi keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian informasi yang dahulu memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon, handphone, internet dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada masa yang (hampir) bersamaan. Melalui TV, satelit dan alat komunikasi canggih lainnya, kejadian di satu tempat di permukaan bumi atau di angkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui oleh umat manusia di seluruh dunia dalam masa yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi, perkembangan dalam bidang lain pun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat. Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Imron 190-191 :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
 Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan dan keagungan Nya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan keluasannya-pun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha hebat lagi Allah yang menciptakannya.

C. Integrasi Iman, Ilmu dan Amal
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut dinul islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain Iman, Ilmu dan Amal shaleh. Sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran yang artinya :
 أَلَم تَرَ كَيفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصلُها ثابِتٌ وَفَرعُها فِى السَّماءِ 
(25) تُؤتى أُكُلَها كُلَّ حينٍ بِإِذنِ رَبِّها ۗ وَيَضرِبُ اللَّهُ الأَمثالَ لِلنّاسِ لَعَلَّهُم يَتَذَكَّرونَ
“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah /membuat perumpamaan kalimat yg baik (Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan – perumpamaan itu agar manusia selalu ingat“ ( QS Ibrahim : 24-25)
Ayat diatas mengindentikkan bahwa Iman adalah akar, Ilmu adalah pohon yg mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan Amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni. IPTEK dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam.
Hubungan Iman, Ilmu , dan Amal amal yang ikhlas itu merupakan amal perbuatan yang berangkat dari keyakinan semata-mata karena Allah, bukan karena niat-niat lain yang ada di balik itu. Ciri dari sebuah perbuatan atau amal yang ikhlas adalah apabila ia dilakukan dengan cara yang terbaik (the best). Manusia yang berangkat dari niat yang benar, ikhlas kepada Allah kemudian dia mengetahui ilmu yang berhubungan dengan perbuatannya itu, pasti dia akan melakukan yang terbaik di dalam hidupnya. Orang yang beramal atau bekerja seenaknya, berbuat ala kadarnya, melakukan sesuatu karena ingin dipuji orang bukan karena Allah, biasanya selalu melakukan perbuatannya itu tanpa dilandasi keyakinan dan kepercayaan yang utuh.
Demikian juga, ketika seseorang beramal atau berbuat sesuatu tanpa atas dasar ilmu yang benar, tidak didasarkan kepada teori-teori atau syariat-syariat yang telah ditetapkan, tanpa memenuhi syarat dan rukun dari pekerjaan itu. Pasti pekerjaannya itu tidak menghasilkan sesuatu yang terbaik. Mana mungkin seseorang bisa berbuat atau beramal baik, kalau dia tidak tahu ilmunya, pasti perbuatannya itu akan penuh dengan kesalahan – kesalahan
Karena itu dalam melakukan apa saja, terutama yang berhubungan dengan agama Islam, baik dalam hubungan kita dengan Allah atau dengan sesama manusia serta alam ini. Maka kita harus berangkat dari sebuah keyakinan terlebih dahulu, keikhlasan dan ketulusan semata-mata karena Allah, tetapi pada saat yang sama kita melakukannya atas dasar ilmu yang telah kita miliki itu. Inilah makna dari amal yang ikhlas, maka ketika Allah menegaskan bahwa kita ini diberi hidup dan mati untuk menguji kita siapa di antara kita yang paling baik amal perbuatannya, maupun amal ibadahnya.
Ada tiga unsur utama yang harus ada di dalam sikap kita terhadap agama, yaitu iman, ilmu, dan amal. Maka, akan tidak ada artinya keyakinan kalau tidak ada amal perbuatan, tidak ada artinya ilmu yang kita punya kalau tidak melahirkan amal-amal sholeh dalam kehidupan kita, bahkan naudzubillah ilmu yang tidak bermanfaat. Justru akan menjadi bumerang yang menghancurkan diri kita dan orang-orang lain di sekitar kita.
Ancaman Keras Bagi Orang Yang Tidak Beramal Dengan Ilmunya Al-Qur’an dan Sunnah telah memberikan ancaman keras bagi orang tidak beramal padahal dia punya ilmu, atau dia mengajak kebaikan dan beramal tapi dirinya sendiri tidak mengerjakannya. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan ancaman keras tersebut adalah:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. al-Baqoroh: 44).


D. Keutamaan Orang Berilmu
Menuntut ilmu termasuk bagian penting dalam kehidupan. Jika ilmu ditinggalkan, maka manusia akan kesulitan dalam menjalani kesehariannya di dunia ini bahkan di akhirat nantinya. Allah Swt. pun telah mengharuskan setiap hambanya untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun pengetahuan lainnya. Tujuannya tentu saja berkaitan dengan kehidupan manusia dalam mempersiapkan diri menuju kehidupan yang abadi, yaitu akhirat. Islam telah mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk senantiasa memiliki semangat yang tinggi dalam mencari ilmu. Karena mencari ilmu atau sering dikenal sebagai belajar, termasuk amalan yang memiliki tempat mulia di mata Allah Swt.
Dalam agama Islam, orang berilmu memiliki keutamaan. Keutamaan tersebut hendaknya dapat mendorong semangat setiap muslim. Adapun beberapa keutamaan orang berilmu menurut Islam di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Orang yang berilmu berada pada kedudukan paling tinggi daripada orang dengan amalan lainnya, sekalipun dia termasuk ahli ibadah di dunia ini. Alasannya yaitu orang ahli ibadah melakukan amalan yang berkaitan dengan diri mereka masing-masing. Meskipun dia sering salat, puasa, atau ibadah lainnya yang hanya untuk dirinya sendiri, kedudukan mereka di sisi Allah Swt. tetap berada di posisi selanjutnya setelah orang yang mengamalkan ilmunya. Lain halnya orang yang berilmu, mereka belajar mulai dari membaca, menulis bahkan menghafal ilmunya bukan hanya digunakan untuk diri mereka sendiri, akan tetapi ilmu yang mereka pelajari akan diamalkan juga kepada orang lain. Inilah yang menjadikan orang berilmu memiliki keutamaan lebih daripada orang beramal lainnya. Ilmu yang disampaikan kepada orang lain, tentu ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan. Ingat, bukan ilmu sembarangan seperti sihir, cara menyontek atau ilmu lainnya.
2. Adapun keutamaan lainnya, bahwa orang berilmu dikatakan sebagai pewaris para nabi. Hal ini dapat diketahui dari sosok ulama besar seperti ulama dalam 4 madzhab.
3. Orang berilmu juga akan mendapatkan pahala yang jumlahnya tidak dapat dihitung oleh manusia. Pahala itulah yang akan membantu setiap orang berilmu untuk masuk ke surga-Nya.
Bagaimana dengan guru kita yang telah mengajari kita selama ini? Tentu saja jawabnya, yaitu guru kita termasuk orang berilmu. Guru kita akan memiliki keutamaan di sisi Allah Swt. sesuai kehendak-Nya. Lalu, bagaimana dengan kita yang saat ini masih menuntut ilmu? Tentunya kita juga termasuk orang berilmu yang tidak boleh melupakan amalan untuk menyampaikan ilmu yang dipelajari kepada orang lain.
Orang yang berilmu senantiasa diharapkan untuk membagi ilmunya kepada orang lain. Cara berbaginya pun bervariasi sesuai kemampuan masing. Cara tersebut tentunya harus sesuai perintah Allah Swt., mulai dari ahsan, hikmah, sampai nasihat. Ketiga cara tersebut maknanya sebagai berikut.
1. Ahsan artinya baik. Cara ini menjadi dasar utama setiap orang berilmu yang mengajarkan atau mengamalkannya kepada orang lain. Baik dalam artian sesuai perintah Allah Swt. ketika memandang dan menilai amalan tersebut, misalnya ramah atau bahkan sopan kepada orang yang diajarinya.
2. Hikmah artinya ilmu tersebut dapat memberikan manfaat kepada orang yang sedang mempelajarinya. Oleh karena itu, orang berilmu tidak boleh melupakan dasar cara ini.
3. Nasihat artinya orang berilmu tersebut mengajarkan ilmu yang benar. Ia menyampaikannya sebagai bentuk nasihat bahwa ilmu tersebut sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Akan tetapi, hati-hati dengan sikap yang tidak menggurui meski Anda misalnya, telah mempelajarinya lebih dulu.
Ilmu agama serta ilmu pengetahuan lainnya tidak hanya sebatas dimiliki oleh diri sendiri tapi juga dianjurkan untuk diamalkan. Ketika ilmu tersebut diamalkan, secara langsung kegiatan itu dijadikan sebagai tabungan amal seorang muslim. Allah Swt. menempatkan orang yang memiliki banyak amal juga pada posisi yang tinggi di sisi-Nya. Mengamalkan ilmu tidak sebatas yang dianggap butuh saja untuk disampaikan, tapi segala yang dimiliki yang bermanfaat bagi kehidupan.
Dalam berbagi ilmu, janganlah melihat orang yang mau belajar berdasarkan statusnya, kaya atau miskin. Karena, hal-hal duniawi seperti biaya, jenis pakaian, atau tempat belajar tidak akan diperhitungkan oleh Pencipta alam semesta ini. Wajar saja, jika hal-hal tersebut tidak dijadikan pemberat timbangan amal atau keutamaan orang berilmu.
Islam senantiasa mengajarkan pemeluknya untuk tidak membedakan status saudaranya yang lain. Alasannya tentu berkaitan dengan perintah Allah Swt. tentang kedudukan seorang muslim sama dihadapan Tuhan Pencipta alam semesta ini. Hal yang membedakannya, yaitu ketakwaan. Oleh itulah, hanya Allah Swt. yang berhak menilai hambanya dan bukan kita sebagai manusia.

E. Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu dalam Islam

Menurut Al-Farabi :
1. Menurut Al-Farabi, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
a. Ilmu Bahasa
b. Ilmu Logika
c. Ilmu Matematis
d. Metafisika
e. Ilmu Politik, Ilmu Fiqih dan Ilmu Kalam
2. Karakteristik klasifikasi Ilmu Al-Farabi adalah sebagai berikut:
a. Para pengkaji dapat memilih subjek-subjek yang benar-benar membawa manfaat bagi dirinya.
b. Memungkinkan seseorang belajar tentang hierarki
c. Memberikan sarana yang bermanfaat dalam menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara benar.
d. Memberikan informasi kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim diri ahli dalam suatu ilmu tertentu.
Menurut Al-Gazali :
1. Menurut Al-Gazali, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
a. Ilmu teoritis dan ilmu praktis
Ilmu teoritis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud diketahui sebagaimana adanya.
Ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
b. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai
Ilmu yang dihadirkan adalah bersifat langsung, serta merta, suprarasional (diatas atau diluar jangkauan akal), intuitif (berdasar bisikan hati), dan kontemplatif (bersifat renungan). Dia biasa menyebut dengan ilmu ladunni.
Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dicapai oleh akal pikiran manusia (ilmu insani).
c. Ilmu keagamaan dan ilmu intelektual
Ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir dari akal pikiran manusia biasa.
Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperolek melalui kemampuan intelek (daya atau kecerdasan berpikir).
d. Ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah
Ilmu fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah.
Ilmu fardu kifayah  lebih kepada hal-hal yang merupakan perintah ilahi yang bersifat mengikat komunitas ( kelompok orang ) muslim dan muslimat menjadi satu kesatuan.
Menurut Qutubuddin Al-Syirazi :
Menurut Qutubuddin Al-Syirazi, perincian klasifikasinya yakni sebagai berikut :
a. Ilmu – ilmu filosofis ( kefilsafatan ).
b. Ilmu-ilmu nonfilosofi adalah ilmu-ilmu religius atau termasuk dalam ajaran wahyu.    
Klasifikasi dari ke-3 tokoh tersebut terhadap ilmu pengetahuan, berpengaruh sampai kini. Di tanah air kita sering mendengar klasifikasi ilmu dengan : ilmu agama dan ilmu umum.
Menurut Al-Qur’an ilmu dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Ilmu ladunni, yakni ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia.
b. Ilmu insani, yakni ilmu yang diperoleh karena usaha manusia.
Pembagian ilmu kedalam 2 golongan ini dilakukan karena menurut Al-Qur’an ada hal-hal yang ada tetapi tidak diketahui manusia, ada pula yang wujud yang tidak tampak. Ditegaskan dalam Al-Quran antara lain dalam firmanNya pada surat Al-Haqqah ayat 38-39 yang artinya:
“ Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan yang tidak kamu lihat.”
Dari kalimat terakhir jelas bahwa obyek Ilmu ada 2 yakni : materi dan nonmateri, fenomena dan nonfenomena, bahkan ada yang wujud yang jangankan dilihat diketahui manusia saja tidak.  Dari kutipan-kutipan ayat-ayat diatas jelas bahwa pengetahuan manusia hanyalah sedikit, dan telah diregaskan oleh Allah dalam firmanNya:“ kamu tidak diberi ilmu ( pengetahuan ) kecuali sedikit.”( Q.S 17 : 85 ). Walaupun sedikit namun manusia harus memanfaatkannya untuk kemaslahatan manusia.
Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Disamping itu perlu dikemukakan bahwa manusia memiliki naluri haus pengetahuan, sebagaimana telah dikemukan Rasulullah dalam sebuah hadistnya : 
“ Ada 2 keinginan yang tidak pernah terpuaskan yaitu keinginan menuntut ilmu dan keinginan mencari harta”
Yang perlu diusahakan adalah mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk kemaslahatan hidup, bukan untuk merusak dan membahayakan umat manusia. Pengarahnya adalah agama dan moral yang selaras dengan ajaran agama. Disinilah letak hubungan antara agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ( iptek ) yang bersumber dari akal dan penalaran manusia.








BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan :
1. Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia, maka syariatnya bukan saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak. Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk hidup bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia di akhirat pun manusia memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusia juga memerlukan ilmu. Jadi kita harus menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatan dunia, terlebih lagi ilmu yang membawa kebahagiaan di akhirat.
2. Iman adalah akar, Ilmu adalah pohon yg mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan Amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni. IPTEK dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan kerusakan alam. Hubungan Iman, Ilmu , dan Amal amal yang ikhlas itu merupakan amal perbuatan yang berangkat dari keyakinan semata-mata karena Allah, bukan karena niat-niat lain yang ada di balik itu.
3. Bagi orang-orang yang berilmu, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah berupa kemuliaan pangkat, kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat yang tinggi dari Allah, manusia harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas keimanan dan keilmuannya dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha Allah semata.
4. Menurut Al-Farabi, klasifikasi ilmu ada ilmu bahasa, logika dan lain lain, sedangkan karakteristiknya dapat memilih subjek, belajar hierarki dan memberikan sarana, manfaat dan intformasi.
  Menurut Al-Ghazali, ada 4 klasifikasi yaitu, Ilmu teoritis dan ilmu praktis,  Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai, Ilmu keagamaan dan ilmu intelektual, Ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah.
 Menurut Al-Syirazi, ada 2 klasifikasi yaitu, Ilmu – ilmu filosofis, dan Ilmu-ilmu nonfilosofi.
 Menurut Al-Qur’an ilmu dibagi menjadi 2 yaitu, Ilmu ladunni, dan Ilmu  insani.

B. SARAN
Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah nilai positif dan negatif yang diberikan dari teknologi tersebut.
Dalam penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan di mana populasi-populasi berada.
Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan mampu memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak menjadi suatu yang mudharat.
Dalam suatu penciptaan sebuah teknologi, lebih baik tidak ada sesuatu yang disembunyikan dalam segala sesuatu tentang teknologi tersebut. Baik dari segi proses penciptaannya, tujuan penciptaannya, dan lain sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Portal:Ilmu
http://zaldym.wordpress.com/2010/02/28/fungsi-manusia-sebagai-khalifah-di-muka-bumi/
http://www.ilmusipil.com/pengertian-ilmu-pengetahuan-adalah
http://okghiqowiy.blogspot.com/2013/01/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-iptek.html
http://plissworld.blogspot.com/2013/01/iptek-dan-seni-dalam-islam-bab-i.html
http://www.slideshare.net/irmayafatwayukha/iptek-dan-seni-dalam-islam
http://www.bimbie.com/orang-berilmu.htm
http://anaukhtiisnaeni.blogspot.com/2014/05/klasifikasi-dan-karakteristik-ilmu.html
http://iffah-althafunnisa.blogspot.com/2013/02/kedudukan-ilmu-dalam-islam_9765.html
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/18/karakteristik-dan-klasifikasi-ilmu-pengetahuan/
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/18/karakteristik-dan-klasifikasi-ilmu-pengetahuan/

Keyword
Islam
Islam dan iptek
islam dan pengetahuan
islam dan ilmu pengetahuan

Artikel Terkait :



Post a Comment

Info Page Load Timer